Kamis, 16 Oktober 2014

Masihkah kau mengingatku, ibu...???? (Part I)

(Tahun 1995) gemuruh adzan terdengar dari seluruh penjuru kota, kota yang teramat mulia bagi seluruh umat islam di dunia. yah, kota dimana sang Nabi Akhir zaman di lahirkan. kota inijuga yang menjadi saksi dilahirkannya seorang bayi perempuan berdarah indonesia yang di beri nama mutia, tepat hari kamis tanggal 05 januari 1995 saat adzan subuh di kumandangkan dari masjid al haram.

kelahiran seorang bayi, merupakan kebahagiaan yang teramat sangat bagi setiap orang tua terutama seorang ibu, tapi mungkin tidak untuk bayi yang satu ini.entah, apa yang membuat sang ibu ini justru begitu muak dengan darah dagingnya sendiri.

kurun beberapa bulan, ketika balita mutia telah menginjak umur 5 bulan, sang ayah berkeinginan untuk membawanya pulang ke tanah air, indonesia. setelah beberapa saat, tibalah mutia kecil di indonesia, tanah yang bukan tempat dimana ia di lahirkan, tapi tanah di mana asal darahnya mengalir. di negeri yang subur, negeri tanah surga. ya, begitulah kata orang-orang tentang negeri ini.

di tanah jawa, mutia kecil tumbuh menjadi balita yang cerdas, hiper aktif, yah begitulah kata orang-orang yang tau tentang mutia itu. semua orang menyayanginya, semua orang mencintainya dan selalu ingin memeluk juga menggendongnya, tapi tidak untuk ibunya. dia seperti anti dengan anaknya sendiri, mungkin dia belum siap dengan kehadiran putri mungilnya itu, karena mungkin dari faktor umur yang relatif sangat muda dia sudah harus menggendong balita.

pada suatu siang, mutia kecil tertidur di dalam kamar dan ibu mutia tidur disampingnya, dengan posisi membelakangi mutia kecil. eni,sang ibu dari balita mungil mutia mengarahkan kipas angin yang menyala ke arah wajah putri kecilnya tersebut.coba bayangkan, jika mutia yang masih kecil yang belum bisa berbicara itu di hadapkan dengan udara dari kipas angin yang begitu besar, apa yang akan terjadi?
antara hidup dan mati, ya seperti itulah keadaan saat itu. bukan tanpa di sengaja, tapi memang sudah terencana.
si kecil mutia itu sesak tak bisa bernafas, lalu bagaimana dengan ibu eni yang ada di sampingnya? kenapa justru dia membiarkan putri kecilnya dalam keadaan seperti itu?  entahlah, apa yang ada di dalam fikiran ibu itu hingga ia tega membiarkan putri kecilnya dalam keadaan yang demikian.

dari luar kamar  ada sesosok wanita, ibu Muzza namanya, dia adalah kakak dari ayah kandung mutia. wanita itu mendengar mutia menangis, tangisan mutia putus-putus seperti orang kehabisan nafas. tak lama kemudian wanita itu membuka pintu kamar dengan paksa dan di situlah dia dapati mutia menangis dengan nafas tersengal-sengal, sedangkan ibu eni yang berada di sampingnya justru tertidur pulas membelakangi anaknya.

"Astaghfirullah.... kamu ini ibu macam apa?." bentak wanita itu kepada ibu eni, sembari menggendong mutia kecil yang sudah kehabisan nafas.
"kamu mau membunuh anakmu sendiri hah? istighfar, ingat Allah, anak ini anakmu sendiri, darah dagingmu" begitulah bentakan wanita itu.
entah setan mana yang merasuki ibu eni itu, dengan nada marah sang ibu eni membalas, "iya, dia memang anakku, dan hakku juga ingin dia mati atau hidup. bukan urusanmu, karena aku yang melahirkan dia dan aku yang menentukan kelanjutan hidup matinya".

pada hari itu terjadi pertengkaran yang sangat hebat antara seorang ibu dengan kakak iparnya, perdebatan sengit antara hidup dan mati seorang balita yang tak berdosa. ya, di dalam rumah bergaya kuno itu, balita mungil mutia tak sadarkan diri.



(bersambung........)

4 komentar:

  1. cerita selanjutnyaa gimana ini..
    hehee
    jangan lama-lama yee

    BalasHapus
    Balasan
    1. insyaallah, hehe
      masih berimajinasi dan berselancar dalam tpik lain..
      di tunggu aja postingan selanjutnya

      Hapus
  2. ane follow, tp follow balik ye ukht.

    BalasHapus