TAK BISAKAH HIJAU DAN BIRU BERSATU?
Bukankah pelangi terlihat indah karena warna yang berbeda-beda?
Lalu mengapa kita masih memilih dan memilah, jika semua sama-sama indah.
Terlihat indah karena mereka berdampingan bersama, memancarkan warna yang
berbeda, menjadi satu keindahan yang di nikmati jutaan manusia.
Kita berbeda Suku, Ras, dan Agama. Tetapi kita satu Negara.
Menjadikan kita saudara walaupun tak sedarah. Hidup berdampingan dan saling
membutuhkan satu sama lain, saling memberi dan menolong satu sama lain. Damai
dan sejahtera. Itulah yang selalu kita harapkan.
Saya yakin,semua manusia mempunya hati nurani yang suci. Semua
orang menginginkan hidup dengan ketenangan dan tidak ada ada satupun manusia
yang menyukai pertikaian, peperangan, perseteruan apalagi pembantaian.
Begitupun dengan Islam. Agama yang identik dengan ‘Rahmatan Lil
‘Alamin’ adalah Agama yang melambangkan perdamaian dalam setiap ajarannya.
Mengedepankan Akhlaq pada sesama dari pada tittle ilmu yang disandang ummatnya.
Tidak memandang kaya, miskin atau tinggi rendah pangkat derajatnya. Inilah
Islam yang mengajarkan kebaikan kepada sesama muslim ataupun orang yang tidak
seiman dengannya.
Jika kepada non-muslim saja Islam mengajarkan Toleransi untuk
menghargai kepercayaannya, apalagi kepada sesama muslim? pastilah Islam mengajarkan
Toleransi yang lebih mendalam kepada saudara seimannya. Contohnya seperti
Toleransi berpendapat, memilih pemimpin, memilih jalan hidup, memilih hoby dan
lain-lain. Ironisnya justru kita terjebak didalam hal ini. Kita masih sering
egois kepada saudara seiman kita, menentang kecintaannya, menghina pilihannya
atau bahkan membencinya karena memilih kelompok yang tidak sama dengan kita.
Sampai terjadi tragedi pembantaian hanya karena berbeda kelompok, dukungan dan
pilihan.
Islam adalah Agama kasih sayang. Allah SWT memerintahkan kepada
kita untuk saling mengasihi dalam kekeluargaan,
saling mengasihi sesama sebagaimana keluarga didalam balutan Islam. Sudah sepatutnya kita sebagai sesama muslim
menghilangkan segala bentuk perbedaan, pembeda, perselisihan dan perseteruan.
Karena memang begitulah Rasulullah SAW mengajarkan kepada kita bagaimana
bersikap untuk saling mengasihi kepada siapapun, bahkan kepada lalat sekalipun.
Dahulu diceritakan oleh Imam Nawawi Al-Bantani
didalam Kitabnya yang berjudul ‘Nashoihul Ibad’ jika ada seseorang yang
bermimpi berjumpa dengan Imam Al-Ghozali. Seorang
ulama yang sangat fenomenal, bahkan Al Imam Al-Ghozali dijuluki sebagai Hujjatul
Islam. Diceritakan bahwa didalam mimpi itu ia bertanya kepada Imam
Al-Ghozali bagaimana Allah memperlakukannya.
Imam Al-Ghozali pun menceritakan jika Allah SWT bertanya kepadanya
tentang bekal apa yang ia bawa untuk diserahkan kepada Allah SWT?
Beliaupun menjawab dengan mengutarakan segala amalnya, prestasinya
dan segala perbuatan baiknya akan tetapi Allah SWT menolaknya, lantas Dia
berfirman : “Sungguh, yang kami terima darimu ialah karena pada suatu malam
ketika engkau sedang asyik-asyiknya menulis kitab, lalu ada seekor lalat yang
hinggap di wadah tintamu untuk meminumnya dank arena hal itu kau menghentikan
aktifitasmu sampai lalat itu selesai meminumnya. Kau melakukan itu karena rasa
kasihanmu kepadanya”. Dan kemudian Allah SWT memerintahkan kepada Malaikat-Nya
:”Bawalah hamba-Ku ini ke Surga”.
Subhanallah.
Hanya karena rasa kasih sayang terhadap lalat, Imam Al-Gazali
dimasukkan kedalam Surga oleh Allah. Lantas bagaimana dengan kita, jika kita
bisa saling mengasihi kepada manusia manapun tanpa memandang perbedaan yang
ada. Laa Haula wa Laa Quwwata Illa Billah. Sungguh, perdamaian yang sangat
diimpikan mungkin akan dengan mudah terwujud jika semua manusia mempunyai
kesadaran dan mampu mengarahkan kasih sayangnya tanpa membeda-bedakan siapapun.
Entah sudah berapa ribu korban jiwa yang tumbang dan berserakan
karena peperangan, pertikaian, perebutan kekuasaan, dan keinginan untuk menjadi
yang tertinggi diantara yang lain. Andai saja kita menyadari tentang betapa
pentingnya perdamaian ini untuk semua manusia. Tidak hanya pada zaman ini,
melainkan akan terus dirasakan manfaatnya oleh anak-cucu kita kelak. Bukankah
itu yang kita inginkan?
Manusia adalah makhluq yang dikaruniai akal fikiran, hati dan Nafsu
oleh Allah SWT. Akal dipergunakan untuk memikirkan hal-hal yang baik, memilih
jalan hidup yang baik, menjauhi hal-hal yang tidak baik. Akal membantu kita
untuk memikirkan dan membedakan mana yang baik dan mana yang tidak baik, mana
yang harus dilakukan dan mana yang harus kita tinggalkan. Hati adalah anugerah
terindah dari Allah SWT yang diberikan kepada manusia agar mereka bisa saling
mengasihi dan menyayangi. Akan tetapi terkadang manusia terjerat oleh nafsu
yang membuat hatinya buta kasih sayang kepada siapapun yang telah menyakitinya.
Nafsu, keegoisan, kegengsian terkadang menjadi sumber pertikaian,
pembantaian bahkan peperangan. Betapa dahsyatnya nafsu membolak-balikkan hati,
dari cinta menjadi benci, dari kawan menjadi lawan, dari saudara menjadi musuh.
Laa Haula Wa Laa Quwwata Illa Billah. Sungguh, hanya Allah SWT lah
tempat kita berlindung dari godaan nafsu yang menyesatkan.
Wahai kawanku, dengarlah pertanayaanku. Jika aku berkulit putih dan
kamu berkulit hitam, apakah kita tidak bisa berjalan beriringan? Jika kamu
orang yang kaya sedangkan aku orang yang tak punya, apakah kita tidak bisa
menjadi kawan? Jika aku orang biasa dan
kamu orang berpangkat, tidak bisakah kita menjadi sahabat? Dan satu lagi
pertanyaanku, jika aku berbaju biru dan kamu berbaju hijau atau aku berbaju hijau dan kamu berbaju biru, tidakkah lebih
indah jika duduk dan menikmati laga bersama-sama? Bukankah hijau dan biru ketika
bersama dan bersatu justru menjadi warna yang lebih indah? Lalu mengapa dua warna yang
selalu bersama ketika menjadi pelangi harus terpecah karena keegoisan dan
kegengsian manusia?
Jawablah pertanayaan ini dari lubuk hati terdalam. Jika kita bisa
melakukan bersama, kenapa tidak? Bukankah akan lebih tentram jika kita bersama
dan tidak akan ada lagi korban-korban yang berjatuhan, tidak akan ada lagi
ibu-ibu yang menangis kehilangan anak, saudara atau pun suaminya. Awali perdamaian
dari kesadaran diri dan hati nurani masing-masing, cobalah untuk belajar mengasihi setidaknya jika kau tak bisa mengasihi sebagai saudaramu maka kasihilah mereka sebagai Makhluq yang di cinpatakan Allah SWT sama sepertimu. Jika Allah SWT selalu mengasihi makhluk-Nya, kenapa kita tidak bisa mengasihi sebagai sesama makhluk-Nya?